Kamera ini muncul belakangan, dirilis sekitar empat tahun setelah kehadiran Panasonic tapi kehadirannya cukup menarik perhatian. Kamera MILC (Mirrorless Interchangeable Lens Camera) atau CSC (Compact System Camera) keluaran pertama Canon ini memiliki body yang terbuat dari campuran magnesium yang kemudian disusul oleh kamera-kamera lain, tetapi tetap dapat ada dengan diperkenalkannya adaptor yang memungkinkan mainstream lensa EF. Dengan lensa SLR 35, magnification factor 1.6x, bukanlah masalah besar.
Empat tahun sejak Panasonic untuk kali pertama memperkenalkan kamera dengan lensa mirrorless interchangeable, dalam wujud Micro Four Third Lumix DMC-G1, produsen-produsen kamera lainpun tidak mau kalah bersaing menawarkan kamera sejenis dalam berbagai ukuran dan bentuk. Mulai dari kamera model beginner-friendly semisal Olympus PEN E-PM1, hingga model yang lebih maju seperti Sony NEX-7 dan Fujifilm X-Pro1. Sementara Nikon, tetap bertahan dengan model family-friendly 1 J1 dan 1 V1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap model kamera diperuntukkan bagi pengguna yang berbeda pula.
Canon EOS M menawarkan body compact yang terbuat dari campuran magnesium dan tersedia dalam 4 pilihan warna; hitam, putih, silver, dan merah. Kamera ini tidak memiliki flash bawaan, meski demikian, cukup laris di pasaran. Di berbagai area pemasaran (kecuali di US) kamera ini dibundel dengan unit AAA-powered Speedlite 90EX yang baru. Tanpa viewfinder bawaan, maupun konektor untuk unit eksternal, komposisinya hanya berupa layar belakang kamera.
Canon EOS M key features
- New EF-M lens mount (optimized for APS-C sensor size)
- Sensor ‘Hybrid CMOS’ 18MP APS-C
- Continuous autofocus dalam mode movie dengan subject tracking
- Processor DIGIC5 14-bit
- ISO 100-12800 standard, 25600 expanded
- 4.3 fps continuous shooting, 3 fps dengan autofocus tracking
- Rekaman video1080p30, stereo sound (with 25p or 24p options)
- Socket microphone External dan level sound recording yang bias disesuaikan
- 1040k dot 3:2 touch-sensitive ClearView II LCD (berfungsi multi-touch)
- EOS hot-shoe standar untuk flash external (tidak ada flash bawaan)
- Kontrol ‘Creative Filters’ untuk memproses gambar , dapat dilihat secara live di layar.
UNTUK SIAPA?
Traveler, shooter kasual yang menghendaki kamera dengan hasil berkualitas tinggi, dan konsumer fanatic Canon.
DESAIN
Meskipun didesain dengan tren kamera bergaya retro, kamera ini tetap tidak terpisahkan dengan EOS-M. Kamera ini didesain sebagaimana kamera sejenisnya dengan kemampuan point-and-shoot. Selain itu, kamera ini dirancang sedmikian rupa sehingga terkesan ringan dan efisien. Canon EOS M cukup mudah digunakan meskipun saat digenggam, tidak senyaman Sony NEX-6.
PENGGUNAANNYA
Canon EOS M dikontrol secara manual menggunakan capacitive touch screen, yang menjadi daya tarik tersendiri sehingga kamera ini cukup laris di pasaran. Cukup jelas bahwa kamera ini terutama diperuntukkan untuk fotografer pemula. Tanpa viewfinder atau pop-up flash. Kendati demikian, Canon menawarkan flash ekternal, yang terhubung melalui hot-shoe, seharga $150.
Gambar yang dihasilkan oleh kamera ini memiliki kualitas yang mumpuni, dengan lensa 22mm f/2.0. Noise pada ISO tingkat tinggi hanya setali tiga uang dengan Sony NEX-7.
Sistem EOS M dilepas ke pasaran hanya dengan dua pilihan lensa, yakni lensa 22mm f/2.8 dan 18-55mm f/3.5-5/6. Tentu saja, hal ini membatasi pilihan anda yang gemar menggunakan berbagai jenis lensa. Canon tidak menyediakan adapter yang memungkinkan anda untuk menggunakan lensa EF dengan auto focus dan aperture control sepenuhnya. Beruntung, lensa DSLR yang dimiiki kamera ini, mampu menutupi kekurangannya tersebut.
Kamera ini juga memungkinkan anda untuk merekam Video HD. Rekaman yang dihasilkanpun terlihat sama persis dengan rekaman yang dihasilkan oleh kamera T4i, dengan kualitas gambar yang lumayan meski autofokusnya tidak begitu baik, dan tentu saja belum bisa disetarakan dengan kualitas gambar yang dihasilkan oleh Canon Rebel.
Sebagaimana review lainnya terkait EOS M, autofocusnya yang buruk kerap menjadi perhatian khusus. Wajar saja, karena dibandingkan dengan kamera mirrorless lainnya, Canon EOS M berada di peringkat bawah. Kekurangan kamera ini tidaklah seberapa buruk, hanya saja sangat disayangkan, karena akan menjadi gangguan memotret action scene atau fleeting street-photography.
Salah satu kelebihan yang dimiliki kamera ini, dan tidak dimiliki oleh kamera mirrorless lain, adalah touchscreen yang lebih lembut dan enteng. Sehingga kelemahan dalam segi control physical pada akan segera terlupakan begitu anda melihat seberapa intuitive-nya kamera ini dalam mengakses pengaturan hanya dengan menyentuh layar pada belakangnya.
Kekurangan dari EOS M
Autofocus yang lambat, sebenarnya hanyalah persoalan sepele, karena menurut hemat saya yang terpenting adalah lensanya yang bisa digonta-ganti, yang memang merupakan daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh kamera interchangeable lens. Mungkin saja, suatu saat Canon akan menambah jumlah lensa EF-Mnya, tapi tentu saja tidak dalam waktu dekat ini. Bandingkan saja dengan Sony, E-Mount systemnya sudah berusia 3 tahun, tapi lensa yang dimilikinya pun masih belum memadai.
Memilih focus point dengan menyentuh layar memang terasa menyenangkan, hanya saja focus point Canon EOS M terlalu besar yang hanya bekerja dengan baik saat anda memotret dengan sudut yang luas pada bidang yang terbuka. Tetapi anda akan menemukan kesulitan saat mencoba fokus pada mata seseorang saat memotret.